Senin, 03 Maret 2014

Pertemanan Kiayi Ahmad Dahlan & Kiayi Hasyim Asy'ari

Bissmillahirohmanirohim.....
Tulisan ini sengaja kami muat agar konflik masalah furu'iyah di sudahi dan mereka yang mangaku ormas Muhammadiyah agar mengetahui tulisan ini. Ini sebagai respon terhadap wahabi extrem dalam hal membid'ahkan masalah furu'iyah.

Oleh: Direktur Madrasatul Qur’an Tebuireng KH. Musta’in Syafi’i, M .Ag.

Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy’ari itu sekawan, sama-sama menunut ilmu agama di Arab Saudi. Sama-sama ahli Hadis dan sama-sama ahli fikih. Saat hendak pulang ke tanah air, keduanya membuat kesepakatan menyebarkan islam menurut skil dan lingkungan masing-masing.

Kiai Ahmad bergerak di bidang dakwah dan pendidikan perkotaan, karena berasal dari kuto Ngayogyokarto. Sementara kiai Hasyim memilih pendidikan pesantren karena wong ndeso, Jombang. Keduanya adalah orang hebat, ikhlas dan mulia. Allahumm ighfir lahum.

Keduanya memperjuangkan kemerdekaan negeri ini dengan cara melandasi anak bangsa dengan pendidikan dan agama. Kiai Ahmad mendirikan organisasi Muhammadiyah dan kiai Hasyim mendirikan Nahdlatul Ulama (NU).

Saat beliau berdua masih hidup, tata ibadah yang diamalkan di masyarakat umumnya sama meski ada perbedaan yang sama sekali tidak mengganggu.

Contoh kesamaan praktek ibadah kala itu antara lain :

Pertama, shalat tarawih, sama-sama dua puluh rakaat. Kiai Ahmad Dahlan sendiri disebut-sebut sebagai imam shalat tarawih dua puluh rakaat di masjid Syuhada Yogya .

Kedua, talqin mayit di kuburan, bahkan ziarah kubur dan kirim doa dalam Yasinan dan tahlilan.

Ketiga, baca doa qunut Shubuh.

Keempat, sama-sama gemar membaca shalawat (diba ’an).

Kelima, dua kali khutbah dalam shalat Id, Idul Ftri dan Idul Adha.

Keenam, tiga kali takbir, “Allah Akbar”, dalam takbiran.

Ketujuh, kalimat Iqamah (Qad qamat al-shalat) diulang dua kali, dan yang paling monumental adalah itsbat hilal, sama-sama pakai rukyah.

Yang terakhir inilah yang menarik direnungkan, bukan dihakimi mana yang benar dan mana yang salah.

Semua amaliah tersebut di atas berjalan puluhan tahun dengan damai dan nikmat. Semuanya tertulis dalam kitaf Fikih Muhammadiayah yang terdiri dari tiga jilid, yang diterbitkan oleh: Muhammadiyah Bagian Taman Pustaka Jogjakarta, tahun 1343 an H.

Rabu, 05 Februari 2014

HANYA ISLAM AGAMA YANG BENAR

Al-Hamdulillah wahdah. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak ada Nabi sesudah beliau, kepada para handai taulan, para Sahabat beliau dan orang-orang yang mengukuti jalan hidup mereka hingga Hari Pembalasan. Amma ba’du:

Sesungguhnya Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ift telah meneliti berbagai pertanyaan yang masuk kepadanya, di tambah dengan berbagai pendapat dan pandangan yang tersebar dalam mass media yang mempropagandakan “penyatuan agama” (Islam, Yahudi dan Nashrani). Termasuk pemikiran yang lahir dari konsep tersebut seperti membangun masjid, gereja dan biara Yahudi di satu tempat, dalam sebuah kompleks dan halaman umum yang luas; propaganda mencetak Al-Qur’an, Taurat dan Injil dalam satu sampul, dan banyak lagi hasil pemikiran konsep tersebut. Belum lagi berbagai muktamar, konperensi dan perkumpulan yang digelar di timur dan barat. Setelah menelaah dan mempelajarinya, Al-Lajnah menetapkan sebagai berikut:

Pertama: Di antara dasar keyakinan Islam yang sudah menjadi aksioma dan disepakati oleh kaum muslimin adalah: bahwasanya tidak ada agama yang benar di muka bumi ini selain Islam. Islam adalah penutup seluruh agama samawi dan menghapus segala ajaran agama, keyakinan dan syariat yang ada sebelumnya. Jadi yang agama yang tersisa yang digunakan untuk beribadah kepada Allah hanyalah Islam. Allah berfirman:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu..” (QS.Al-Maa-dah : 3)

Demikian juga Allah berfirman:
“Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS.Ali Imraan : 85)
Agama Islam setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah ajaran yang beliau ajarkan saja, tidak ada lagi ajaran lainnya.


Yang kedua: Di antara pondasi akidah Islam yang lain adalah bahwa Kitabullah yakni Al-Qur’an adalah Kitab terakhir sekaligus perjanjian terakhir dari Rabbul ‘alamien. Al-Qur’an juga menghapuskan seluruh ajaran Kitab yang diturunkan sebelumnya, baik itu Taurat, Zabur, Injil dan yang lainnya, menjadi penyempurna dari seluruh kitab-kitab tersebut. Sehingga satu-satunya Kitabullah yang tersisa yang dijadikan sebagai ibadah bila dibaca adalah Al-Qur’an.
Allah berfirman:

“Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” (QS.Al-Maa-idah : 48)

Ketiga: Harus diimani bahwa Taurat dan Injil telah dihapus ajarannya oleh Al-Qur’an. Bahkan keduanya kini telah mengalami perubahan dan penyelewengan, penambahan dan pengurangan, sebagaimana dijelaskan dalam banyak ayat dalam Al-Qur’an, di antaranya firman Allah:

“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhya Allah menyukai orang-orang berbuat baik.” (QS.Al-Maa-idah : 13)
Juga firman Allah:

“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya:”Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.” (QS.Al-Baqarah : 79)

Juga firman Allah:
“Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka apa yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab dan mereka mengatakan:”Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui. (QS.Ali Imraan : 78)

Oleh sebab itu, bagian yang masih benar sekalipun dari semua kitab itu sudah dihapuskan oleh Islam. Sementara bagian yang lain sudah dirubah dan diselewengkan. Diriwayatkan dengan shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau pernah marah ketika melihat Umar bin Al-Khattab Radhiallahu ‘anhu membawa kertas bertuliskan isi taurat. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apakah engkau masih ragu wahai Ibnul Khattab? Bukankah aku telah membawakan ajaran yang putih bersih? Seandainya saudaraku Nabi Musa masih hidup, pasti dia juga menjadi pengikutku.” Diriwayatkan oleh Ahmad, Ad-Daarimi dan yang lainnya.

Keempat: Di antara dasar keyakinan dalam Islam: bahwa Nabi dan Rasul kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah akhir para nabi dan rasul. Allah berfirman:
“Bukanlah Muhammad itu bapak salah seorang di antaramu melainkan Rasulullah dan penutup para nabi..”
Maka tidak ada lagi Rasul yang wajib diikuti selain Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kalaupun ada nabi lain yang masih hidup, ia hanya bisa mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka para pengikut ajaran para nabi itupun hanya bisa mengikuti ajaran beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah berfirman:

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi:”Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan bersungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman :”Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu” Mereka menjawab:”Kami mengakui”. Allah berfirman:”Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”. (QS.Ali Imraan : 81)

Nabi Isa -’alaihissalam– sendiri bila turun nanti pada akhir jaman akan menjadi pengikut Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan memutuskan hukum dengan syariat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman:

“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung…” (QS.Al-A’raaf : 157)

Demikian juga menjadi dasar keyakinan Islam bahwa diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah untuk seluruh umat manusia. Allah berfirman:

“Tidaklah Kami mengutusmu melainkan untuk seluruh manusia sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, akan tetapi sebagian besar manusia tidak mengetahui..”

Firman Allah:
“Katakanlah hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu sekalian..”
Dan banyak lagi ayat lainnya.

Kelima: Di antara dasar Islam lainnya adalah bahwa wajib diyakini bahwa setiap yang belum masuk Islam adalah kafir, baik itu Yahudi, Nashrani dan yang lainnya. Dinamakan kafir karena telah ditegakkan kepada mereka hujjah, karena mereka adalah musuh-musuh Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin, dan bahwa mereka adalah Ahli Neraka. Allah berfirman:

“Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata..” (QS.Al-Bayyinah : 1)

Kemudian Allah melanjutkan:

“Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke naar Jahannam; mereka kekal di dalamnya.Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (QS.Al-Bayyinah : 6-7)

Allah juga berfirman:

Dan al-Qur’an ini dwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai al-Qur’an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada ilah-ilah yang lain disamping Allah”. Katakanlah:”Aku tidak mengakui”. Katakanlah:”Sesungguhnya Dia adalah Ilah Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)”. (QS.Al-An’aam : 19)
Dan banyak lain ayat-ayat lainnya.

Diriwayatkan dengan shahih dalam Shahih Muslim bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya; siapapun dari umat ini, Yahudi atau Nashrani yang mendengar ajaranku, kemudian dia mati dalam keadaan belum beriman kepada ajaran yang aku bawa, pasti dia akan masuk Neraka.”

Oleh sebab itu, orang yang tidak menganggap kafir orang Yahudi dan Nashrani, maka ia kafir, mengikuti kaidah “Orang yang tidak menganggap kafir orang kafir setelah ditegakkan kepadanya hujjah, maka ia kafir.”

Yang keenam: Berdasarkan semua dasar keyakinan dan hakikat ajaran syariat ini, maka segala propaganda menuju penyatuan agama (atau pendekatan antara semua agama dan memberlakukannya sebagai satu agama) adalah propaganda busuk dan licik. Tujuannya adalah mencampur-adukkan antara hak dengan batil dan upaya untuk menghancurkan Islam dan meruntuhkan pondasi-pondasinya, serta menyeret para pemeluknya menjadi murtad semurtad-murtadnya. Sungguh itu sesuai dengan apa yang difirmankan oleh Allah:

“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.” (QS.Al-Baqarah : 217)

Demikian juga firman Allah:

“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama..” (QS.An-Nisaa : 89)

Ketujuh: Sesungguhnya di antara pengaruh dari propaganda jahat tersebut adalah hilangnya garis pembeda antara Islam dengan kekafiran, hak dengan kebatilan, kebajikan dengan kemunkaran, bahkan juga meruntuhkan pembatas antara kaum muslimin dengan orang-orang kafir, tidak ada lagi Al-Wala wal Bara (Loyalitas dan Sikap Antipati), tidak ada lagi jihad dan tidak ada lagi peperangan dalam menegakkan kalimat Allah di bumi Allah. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) pada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah Dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS.At-Taubah : 29)

Allah juga berfirman:
“dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya; dan ketahuilah bahwasannya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. (QS.At-Taubah : 36)

Demikian juga Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaan orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS.Ali Imraan : 118)

Kedelapan: Sesungguhnya ajakan mempersatukan agama itu kalau keluar dari mulut seorang muslim, maka ia dianggap kafir, keluar dari agama Islam. Karena ucapan itu bertentangan dengan dasar keyakinan Islam, ridha dengan kekufuran dan meruntuhkan kebenaran Al-Qur’an yang menjadi penghapus dari seluruh ajaran agama sebelumnya. Berdasarkan hal itu, maka itu adalah pemikiran yang tertolak menurut syariat Islam, betul-betul diharamkan berdasarkan dalil-dalil syariat Islam dari Al-Qur’an, hadits dan ijma’ kaum muslimin.

Kesembilan: Berdasarkan penjelasan terdahulu, disimpulkan sebagai berikut:

- Dilarang bagi seorang mukmin yang beriman bahwa Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabinya untuk mendakwahkan pemikiran jahat tersebut, mendukungnya dan mempromosikannya di kalangan kaum mukminin, apalagi sampai menyambutnya dan masuk dalam berbagai muktamar dan seminar mereka serta berorientasi kepada organisasi mereka.

- Dilarang bagi seorang muslim untuk mencetak Taurat dan Injil meski secara tersendiri, apalagi digabungkan dengan Al-Qur’an Al-Kariem? Barangsiapa yang melakukannya dan mendakwahkannya maka ia telah sesat sesesat-sesatnya. Karena perbuatan itu berarti mencampurkan antara hak (Al-Qur’an) dengan kitab yang sudah dirubah dan diselewengkan (Taurat dan Injil).

- Seorang muslim juga dilarang menyambut seruan untuk membangun masjid, gereja dan biara Yahudi dalam satu tempat. Karena yang demikian itu berarti mengakui adanya agama lain untuk menyembah Allah selain Islam, mengingkari keunggulan Islam dari seluruh agama, dan merupakan propaganda yang jelas menuju tiga agama tadi, yakni agar seluruh penduduk dunia boleh memilih mana saja yang mereka mau, karena kesemuanya itu sama; bahwa agama Islam itu tidak menghapuskan ajaran-ajaran sebelumnya. Tidak diragukan lagi, bahwa pengakuan dan keyakinan semacam itu atau keridhaan dengan pemikiran semacam itu adalah kekufuran dan kesesatan.

Karena jelas bertentangan seratus persen dengan ajaran tegas dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang suci serta ijma’ kaum muslimin. Yang juga berarti pengakuan bahwa segala penyelewengan Yahudi dan Nashrani itu juga berasal dari ajaran Allah. Juga tidak boleh menamakan gereja sebagai rumah Allah, dan meyakini bahwa orang-orang yang beribadah di dalamnya benar ibadahnya dan diterima di sisi Allah. Karena ibadah itu tidak berdasarkan agama Islam. Padahal Allah berfirman:

“Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS.Ali Imraan : 85)

Justeru semua gereja itu adalah rumah-rumah untuk berbuat kekafiran kepada Allah. Kita memohon kepada Allah dari kekafiran dan para penganutnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -Rahimahullah– menyebutkan dalam Majmu’ Al-Fatawa (XX : 162): “Biara-biara Yahudi dan gereja-gereja itu bukanlah rumah-rumah Allah. Namun rumah Allah hanyalah masjid. Kesemuanya selain masjid adalah rumah-rumah tempat perbuatan kafir terhadap Allah, meskipun terkadang disebutkan di dalamnya nama Allah. Rumah itu tergandung penghuninya. Karena para penghuninya adalah orang-orang kafir, maka kesemuanya adalah rumah-rumah kafir.”

Kesepuluh: Satu hal lagi yang harus diketahui, bahwa mendakwahi orang-orang kafir secara umum dan kalangan Ahli Kitab secara khusus untuk memeluk agama Islam adalah kewajiban kaum muslimin berdasarkan nash-nash yang jelas dari Kitabullah dan Sunnah Rasul. Namun semua itu hanya dapat dilakukan dengan memberi penjelasan dan berdialog dengan cara yang terbaik, tanpa mengorbankan sedikitpun syariat Islam. Yakni agar mereka mendapatkan kepuasan tentang Islam, sehingga mereka mau masuk Islam dan menjadi tegak hujjah di hadapan mereka. Dengan demikian, yang binasa akan binasa dan yang hidup akan tetap hidup. Allah berfirman:

“Katakanlah:”Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Ilah selain Allah.Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka:”Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS.Ali Imraan : 64)

Adapun berdebat dengan mereka, bertemu-muka dengan mereka, lalu berbicara ke sana ke mari untuk memenuhi hasrat mereka saja, dan untuk merealisasikan tujuan mereka, serta melepaskan tali ikatan ajaran Islam dan buhul-buhul keimanan, itu jelas kebatilan yang dibenci oleh Allah, Rasul-Nya serta kaum mukminin. Hanya Allah yang menjadi penolong atas apa yang mereka perbuat. Allah berfirman:

“Dan berhati. hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah)..” (QS.Al-Maaidah : 49)

Sesungguhnya Al-Lajnah Ad-Daa-imah ketika menetapkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas menjadikannya sebagai nasihat bagi kaum muslimin secara umum dan juga kepada kelangan Ahli Ilmu secara khusus agar mereka bertakwa kepada Allah dan selalu berintropeksi diri, memelihara Islam dan menjaga aqidah kaum muslimin dari berbagai kesesatan dan dari para dai yang menyesatkan, dari kekafiran dan dari orang-orang kafir, serta memperingatkan mereka dari dakwah pemikiran yang menyimpang tersebut.


WAJIB MEMAHAMI TANDA ZAMAN

Rasulullah saw telah bersabda:

”Masa kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang masa kekhalifahan mengikuti manhaj kenabian, selama beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang masa raja-raja yang menggigit selama beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang masa raja-raja yang memaksakan kehendak dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, setelah itu akan terulang kembali kekhalifahan mengikuti manhaj kenabian. Kemudian beliau terdiam.”

(Hadits hasan riwayat Imam Ahmad 37/361)

Keterangan Hadist Diatas apabila diamati fase umat Islam sbb : 

Babak pertama, yaitu babak Kenabian telah berlalu. Ia merupakan masa di mana ummat Islam –yakni para sahabat radhiyallahu ’anhum- hidup bersama Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam sejak awal beliau diutus hingga berpulang ke rahmatullah.

Babak kedua, yaitu babak Kekhalifahan yang mengikuti manhaj Kenabian juga telah berlalu. Ia ditandai dengan munculnya para khulafa ar-rasyidin, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhum.

Babak ketiga, yaitu babak raja-raja yang menggigit juga telah berlalu. Ia ditandai dengan masa di mana ummat memiliki para pimpinan yang dijuluki khalifah-khalifah namun pola suksesinya menerapkan pola kerajaan alias pola oligarkhi atau sistem waris-mewarisi tahta kerajaan. Mereka dijuluki raja-raja yang menggigit karena mereka masih ”menggigit” Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyyah. Babak ini berlangsung sangat lama sekitar 13 abad...! Sejak Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah dan Kesultanan Ustmani Turki. Ia berakhir pada tahun 1924 atau 1342 Hijriyyah dimana tidak ada lagi sistem kepemimpinan yang sah yaitu kekhalifahan sesuai perintah Allah dan Rosul-Nya

Semenjak babak ketiga berlalu, maka ummat Islam memasuki babak keempat, yakni babak raja-raja yang memaksakan kehendak - PARA DIKTATOR BERMUNCULAN, mereka menggunakan hukum selain Allah SWT. Maraknya nama-nama hitler, markos, diktator Amerika yang memaksakan kehendak dengan vetonya, mao tse tung, saddam hussein, slobodan milosevic, husni mubarak, ben ali dst. Semakin hari semakin bertumbangan dengan cepat, Jelas Babak ini belum berlalu. Kita sedang menjalani babak ini. Suatu babak yang sering disebut sebagai the darkest ages of the Islamic History.

Tanda bahwa babak ini belum berakhir ialah fakta bahwa babak kelima, yakni babak kekhalifahan mengikuti manhaj kenabian belum muncul kembali. Padahal Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menginformasikan kepada kita bahwa babak penuh keadilan dan kejayaan Islam tersebut pasti bakal muncul.

Kapankah ia akan muncul? Wallahu a’lam bish-showwab.

Suatu hal yang pasti, kalau kita umpamakan perjalanan kelima babak perjalanan sejarah ummat Islam ini sebagai sebuah skenario film, maka ia sangat layak disebut sebagai film berjudul Akhir Zaman. Dan kalau kita mengikuti sebuah cerita yang mengandung lima babak dan kita tahu bahwa kita sudah sampai ke babak keempat, saya kira sudah sepantasnya kita beranggapan bahwa ini bukanlah masih di awal cerita, atau di bagian pertengahannya. Namun lebih wajar dikatakan bahwa ini sudah menjelang akhir dari rangkaian cerita.

Marilah kita jauhi sikap santai dan acuh tak acuh terhadap fenomena hidup di Akhir Zaman menjelang datangnya Kiamat. Marilah kita tingkatkan pengetahuan dan keyakinan kita akan tanda-tanda menjelang datangnya Kiamat agar kita dapat mengantisipasi dan menyesuaikan diri dengan skenario ilahi yang bakal –insyaAllah- pasti terjadi.

Semoga Allah subhaanahu wa ta’aala memasukkan kita ke dalam golongan yang tidak salah mensikapi segenap tanda demi tanda Akhir Zaman yang kian membenarkan kenabian Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.

PULUHAN HADIST - TANDA KIAMAT KECIL TELAH BERMUNCULAN

Kondisi dunia dewasa ini sudah berada di ambang menjelang munculnya tanda-tanda besar Kiamat. Sebab hampir seluruh tanda-tanda kecil Kiamat yang Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam prediksikan sudah pada bermunculan di zaman ini. Di antaranya adalah:

1. Penaklukan Baitulmuqaddis
“Dari Auf bin Malik r.a., katanya, “Rasulullah saw telah bersabda: “Aku menghitung enam perkara menjelang hari kiamat.” Baginda menyebutkan salah satu di antaranya, yaitu penaklukan Baitulmuqaddis.” (HR. Bukhari)

2. Zina makin merajarela
“Dan tinggalah manusia-manusia yang buruk, yang seenaknya melakukan persetubuhan seperti himar (keledai). Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan datang.” (HR. Muslim)

3. Pemimpin yang terdiri dari orang yang jahil dan fasik

4. Bermaharajalela alat musik
“Pada akhir zaman akan terjadi tanah runtuh, rusuhan dan perubahan muka. Ada yang bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah bila hal ini terjadi?” Baginda menjawab: “Apabila telah bermaharajalela bunyi-bunyian (musik) dan penyanyi-penyanyi wanita” (HR. Ibnu Majah)

5. Menghias masjid dan membanggakannya.
“Di antara tanda-tanda telah dekatnya kiamat ialah manusia bermegah-megahan dalam mendirikan masjid” (HR. Nasa’i)

6. Munculnya kekejian, memutuskan kerabat dan hubungan dengan tetangga tidak baik.
“Tidak akan datang kiamat sehingga banyak perbuatan dan perkataan keji, memutuskan hubungan silaturahim dan sikap yang buruk dalam tetangga” (HR. Ahmad dan Hakim)

7. Ramai orang menuntut ilmu karana pangkat dan kedudukan.

8. Ramai orang soleh meninggal dunia.
“Tidak akan datang hari kiamat sehingga Allah mengambil orang-orang yang baik dan ahli agama dimuka bumi, maka tiada yang tinggal padanya kecuali orang-orang yang hina dan buruk yang tidak mengetahui yang makruf dan tidak mengingkari kemungkaran” (HR. Ahmad)

9. Orang hina mendapat kedudukan terhormat
“Di antara tanda-tanda semakin dekatnya kiamat ialah dunia akan dikuasai oleh Luka’ bin Luka’ (orang yang bodoh dan hina). Maka orang yang paling baik ketika itu ialah orang yang beriman yang diapit oleh dua orang mulia”( HR. Thabrani)

10. Mengucapkan salam kepada orang yang dikenalnya saja
“Sesungguhnya di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah manusia tidak mau mengucapkan salam kepada orang lain kecuali yang dikenalnya saja” (HR. Ahmad)

11. Banyak wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya telanjang.
”Di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah akan muncul pakaian-pakaian wanita dan apabila mereka memakainya keadaannya seperti telanjang” (HR. Abu Hurairah)

12. Bulan sabit kelihatan besar.
“Di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah menggelembung (membesarnya) bulan sabit.” (HR. Thabrani)

13. Banyak dusta dan tidak tepat dalam menyampaikan berita
“Pada akhir zaman akan muncul pembohong-pembohong besar yang datang kepadamu dengan membawa berita-berita yang belum pernah kamu dengar dan belum pernah didengar oleh bapa-bapa kamu sebelumnya, kerana itu jauhkanlah dirimu dari mereka agar mereka tidak menyesatkanmu dan memfitnahmu”
(HR. Muslim)

14. Banyak saksi palsu dan menyimpan kesaksian yang benar
“Sesungguhnya sebelum datangnya hari kiamat akan banyak kesaksian palsu dan disembunyikan kesaksian yang benar” (HR. Ahmad)

15. Negara Arab menjadi padang rumput dan sungai
“Tidak akan datang hari kiamat sehingga negeri Arab kembali menjadi padang rumput dan sungai-sungai.” (HR. Muslim)

16. Banyaknya sifat bohong dan ia menjadi perkata biasa.

17. Jarak-jarak antara pasar menjadi dekat (menunjukkan banyaknya kegiatan perdagangan).
“Banyaknya sifat bohong, pendeknya waktu, dekatnya jarak-jarak antara pasar-pasar” (HR. Bukhari)

18. Manusia mewarnai rambut di kepalanya dengan warna hitam supaya kelihatan muda.
“Pada akhir zaman akan muncul suatu kaum yang mencelupi rambut mereka dengan warna hitam seperti ‘bulu merpati’ yang mereka itu tidak akan mencium bau syurga.” (HR. Abu Daud & Nasa’i)

19. Kekayaan umum dikuasai segelintir orang tanpa kebenaran dan tanpa rasa takut, termasuk rasuah dan mengambil harta secara tersembunyi. Dari Ali dan Abu Hurairah r.a

20. Akan terdapat banya pengkritik, pembawa-cerita, penikam-belakang dan pengejek dalam masyarakat.

21. Orang akan mendirikan hubungan dengan orang tak dikenali dan memutuskan hubungan dengan yang rapat dan disayangi.

22. Orang akan melakukan homoseksual

23. Banyak anak diluar menikah.

24. Berkurangnya sifat amanah

25. Terasa berat untuk menjalankan syariah (zakat dijadikan hutang)

26. Lelaki mentaati isterinya tetapi menderhakai ibunya

27. Lelaki berkasar dengan orangtuanya tetapi beramah dengan rakannya

28. Suara manusia meninggi (menjerit dan berteriak) di masjid-masjid

29. Pemimpin suatu kaum adalah keji dan pemimpin suatu suku adalah fasik

SAAT INI MENJELANG TANDA BESAR KIAMAT

Itulah tanda-tanda kecil kiamat, sebagian ulama berpendapat setelahnya akan menjelang tanda-tanda besar Kiamat, yang berjumlah sepuluh diawali kemunculan dajjal.

Salah satu Tanda besar adalah munculnya seorang lelaki di akhir zaman yang bakal menjadi pemimpin ummat. Ia akan mengeluarkan ummat dari kondisi dunia yang penuh kesewenang-wenangan dan kezaliman menjadi penuh keadilan dan perdamaian. Atau dengan kata lain ia bakal mengalihkan kita dari babak mulkan jabriyyan (kepemimpinan para penguasa yang memaksakan kehendak) menuju babak khilafatun ’ala minhaj an-Nubuwwah (kekhalifahan yang mengikuti pola kenabian).

Dialah sosok Imam Mahdi. Seorang lelaki yang namanya mirip dengan nama Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan nama ayahnya mirip nama ayah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam. Kurang lebih ia bernama Muhammad bin Abdullah rahimahullah.

لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ
فِيهِ رجل مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمُ أَبِي
يَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا

“Andaikan dunia tinggal sehari sungguh Allah ta’aala akan panjangkan hari tersebut sehingga diutus padanya seorang lelaki dari ahli baitku namanya serupa namaku dan nama ayahnya serupa nama ayahku. Ia akan penuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman dan penganiayaan.”(HR Abu Dawud 9435)

Ada dua fenomena menjelang munculnya Al-Mahdi. Pertama, bilamana sudah terjadi fenomena sosial berupa perselisihan antar-manusia dan antar-kelompok manusia. Kedua, bilamana terdapat banyak gempa.

أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنْ النَّاسِ وَزَلَازِلَ
فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا

“Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ta’aala ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Ahmad 10898)


Dunia dewasa ini sudah diwarnai oleh kedua fenomena di atas secara signifikan. Perselisihan antar-manusia sudah luar biasa. Perselisihan antar-kelompokpun sudah luar biasa. Bahkan antar sesama muslim dan antar sesama organisasi Islam. Demikian pula dengan gempa. Sudah sangat sering kita mendengar adanya kejadian gempa dari waktu ke waktu.



Maka dalam hal ini marilah kita memulai proses pembelajaran dan pengkondisian itu kepada setiap fihak di sekitar kita, dimulai dari diri sendiri, keluarga dan kerabat. Marilah kita mulai mengkaji berbagai nash dari hadits-hadits shohih mengenai Imam Mahdi. Marilah kita kenali sedapat mungkin apa saja yang menjadi kriteria Imam Mahdi. Di antaranya ialah:

(1) Imam Mahdi memiliki nama seperti nama Nabi kita dan nama ayahnya seperti nama ayah Nabi kita.

Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Andaikan dunia tinggal sehari sungguh Allah ta’aala akan panjangkan hari tersebut sehingga diutus padanya seorang lelaki dari ahli baitku namanya serupa namaku dan nama ayahnya serupa nama ayahku. Ia akan penuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman dan penganiayaan.”(HR Abu Dawud 9435)


(2) Bila dunia telah dihiasi dengan dua fenomena nyata

yaitu fenomena sosial berupa perselisihan antar-manusia yang sangat tampak dan fenomena alam yaitu banyaknya gempa. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:  “Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa.  Ia akan memenuhi bumi dgn keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Ahmad 10898)

(3) Kedatangnannya ditandai dengan munculnya tiga peristiwa yaitu

(a) wafatnya seorang pemimpin sehingga menimbulkan kekacauan berkepanjangn setelah wafatnya pemimpin itu (b) terjadinya pembaiatan paksa seorang lelaki di depan Ka’bah dan (c) dibenamkannya ke dalam bumi suatu pasukan yang berangkat dari arah utara utuk menangkap Imam Mahdi dan orang-orang yang berbai’at dengannya itu. Sebagaimana disebutkan oleh Nabi dalam hadits sebagai berikut:

”Akan terjadi perselisihan (kekacauan) setelah wafatnya seorang pemimpin, maka keluarlah seorang lelaki dari ahli Madinah mencari perlindungan  menuju ke Mekkah, lalu lelaki itu didatangi oleh sekumpulan manusia dari ahli Mekkah, maka mereka membai’at paksa lelaki itu di antara Rukun  dan Maqom (Ibrahim) padahal ia tidak suka dengan hal itu, kemudian suatu pasukan diutus dari ahli Syam (untuk menangkap orang-orang yang berbai’at itu), maka mereka dibenamkan ke dalam bumi di suatu tempat bernama Al-Baida antara Mekkah dan Madinah.” (HR Abu Dawud)

Maka setelah terbenamnya pasukan itu tinggalah satu atau dua orang dibiarkan hidup oleh Allah untuk menceritakan apa yang dialami oleh pasukan tersebut sehingga tersiarlah ke seluruh dunia berita menggemparkan itu. Dan setiap mukmin yang faham hadits ini pasti langsung faham bahwa Imam Mahdi telah diutus. Maka sejak saat itu mulailah terjadi gelombang demi gelombang kaum muslimin dari segenap penjuru dunia untuk berbai’at dan bergabung dengan pasukan Imam Mahdi.

Mulailah pasukan Al-Mahdi menjalankan proyek pengalihan kondisi dunia dimana ummat Islam hidup di babak keempat di bawah kepemimpinan Mulkan Jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak sambil mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya) menuju babak kelima yaitu tegaknya Khilafah ’ala minhaj An-Nubuwwah (kekhalifahan mengikuti metode Kenabian). Mulailah proyek peralihan keadaan zaman dari kondisi penuh kezaliman menuju kondisi penuh keadilan.  Sebagaimana Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sinyalir sebagai berikut:

“Sedangkan Al-Mahdi ia akan penuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman.” (Al-Hakim 8714)

Selanjutnya Imam Mahdi akan memimpin ghazawat (perang demi perang) membebaskan negeri demi negeri dari kekuasaan para Mulkan Jabbriyyan.  Beliau akan mengawali suatu proyek besar membebaskan dunia  dari penghambaan manusia kepada sesama manusia untuk hanya menghamba kepada Allah semata, Penguasa Tunggal dan Sejati langit dan bumi. Beliau akan memastikan bahwa dunia diisi dengan sistem dan peradaban yang mencerminkan kalimat thoyyibah Laa ilaha illAllah Muhammadur Rasulullah dari ujung paling timur hingga ujung paling barat.

( multisumber)

SHALAHUDDIN AL AYYUBI [ PEMBEBAS MASJIDIL AQSHO ]

Shalahuddin Al-Ayyubi sebenarnya hanya nama julukan dari Yusuf bin Najmuddin. Shalahuddin merupakan nama gelarnya, sedangkan al-Ayyubi nisbah keluarganya. Beliau sendiri dilahirkan pada tahun 532 H/ 1138 M di Tikrit, sebuah wilayah Kurdi di utara Iraq.

Sejak kecil Shalahuddin sudah mengenal kerasnya kehidupan. Pada usia 14 tahun, Shalahuddin ikut kaum kerabatnya ke Damaskus, menjadi tentara Sultan Nuruddin, penguasa Suriah waktu itu. Karenan memang pemberani, pangkatnya naik setelah tentara Zangi yang dipimpin oleh pamannya sendiri, Shirkuh, berhasil memukul mundur pasukan Salib (crusaders) dari perbatasan Mesir dalam serangkaian pertempuran.

Pada tahun 1169, Shalahuddin diangkat menjadi panglima dan gubernur (wazir) menggantikan pamannya yang wafat. Setelah berhasil mengadakan pemulihan dan penataan kembali sistem perekonomian dan pertahanan Mesir, Shalahuddin mulai menyusun strateginya untuk membebaskan Baitul Maqdis dari cengkeraman tentara Salib.

Shalahuddin terkenal sebagai penguasayang menunaikan kebenaran—bahkan memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme. Tepat pada bulan September 1174, Shalahuddin menekan penguasa Dinasti Fatimiyyah supaya tunduk dan patuh pada Khalifah Daulat Abbasiyyah di Baghdad. Belom cukup sampai di situ, tiga tahun kemudian, sesudah kematian Sultan Nuruddin, Shalahuddin melebarkan sayap kekuasaannya ke Suriah dan utara Mesopotamia. Satu persatu wilayah penting berhasil dikuasinya:

Damaskus (pada tahun 1174), Aleppo atau Halb (1138) dan Mosul (1186).

Sebagaimana diketahui, berkat perjanjian yang ditandatangani oleh Khalifah Umar bin Khattab dan Uskup Sophronius menyusul jatuhnya Antioch, Damaskus, dan Yerusalem pada tahun 636 M, orang-orang Islam, Yahudi dan Nasrani hidup rukun dan damai di Suriah dan Palestina. Mereka bebas dan aman menjalankan ajaran agama masing-masing di kota suci tersebut.

Perang Salib

Namun kerukunan yang telah berlangsung selama lebih 460 tahun itu kemudian porak-poranda akibat berbagai hasutan dan fitnah yang digembar-gemborkan oleh seorang patriarch bernama Ermite. Provokator ini berhasil mengobarkan semangat Paus Urbanus yang lantas mengirim ratusan ribu orang ke Yerusalem untuk Perang Salib Pertama. Kota suci ini berhasil mereka rebut pada tahun 1099. Ratusan ribu orang Islam dibunuh dengan kejam dan biadab, sebagaimana mereka akui sendiri: “In Solomon’s Porch and in his temple, our men rode in the blood of the Saracens up to the knees of their horses.”



Menyadari betapa pentingnya kedudukan Baitul Maqdis bagi ummat Islam dan mendengar kezaliman orang-orang Kristen di sana, maka pada tahun 1187 Shalahuddin memimpin serangan ke Yerusalem. Orang Kristen mencatatnya sebagai Perang Salib ke-2. Pasukan Shalahuddin berhasil mengalahkan tentara Kristen dalam sebuah pertempuran sengit di Hittin, Galilee pada 4 July 1187. Dua bulan kemudian (Oktober tahun yang sama), Baitul Maqdis berhasil direbut kembali.

Berita jatuhnya Yerusalem menggegerkan seluruh dunia Kristen dan Eropa khususnya. Pada tahun 1189 tentara Kristen melancarkan serangan balik (Perang Salib ke-3), dipimpin langsung oleh Kaisar Jerman Frederick Barbarossa, Raja Prancis Philip Augustus dan Raja Inggris Richard ‘the Lion Heart’.
Perang berlangsung cukup lama. Baitul Maqdis berhasil dipertahankan, dan gencatan senjata akhirnya disepakati oleh kedua-belah pihak. Pada tahun 1192 Shalahuddin dan Raja Richard menandatangani perjanjian damai yang isinya membagi wilayah Palestina menjadi dua: daerah pesisir Laut Tengah bagi orang Kristen, sedangkan daerah perkotaan untuk orang Islam; namun demikian kedua-belah pihak boleh berkunjung ke daerah lain dengan aman.

Setahun kemudian, tepatnya pada 4 Maret 1193, Shalahuddin menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ketika meninggal dunia di Damaskus, Shalahuddin tidak memiliki harta benda yang berarti. Padahal beliau adalah seorang pemimpin. Tapi hal baik yang ditinggalkan oleh orang baik selalu akan menjadi bagian kehidupan selamanya. Kontribusinya buat Islam sungguh tidak pernah bisa diukur dengan apapun di dunia ini.

Parcel untuk Musuh
Banyak kisah-kisah unik dan menarik seputar Shalahuddin al-Ayyubi yang layak dijadikan teladan, terutama sikap ksatria dan kemuliaan hatinya. Di tengah suasana perang, ia berkali-kali mengirimkan es dan buah-buahan untuk Raja Richard yang saat itu jatuh sakit.

Ketika menaklukkan Kairo, ia tidak serta-merta mengusir keluarga Dinasti Fatimiyyah dari istana-istana mereka. Ia menunggu sampai raja mereka wafat, baru kemudian anggota keluarganya diantar ke tempat pengasingan mereka. Gerbang kota tempat benteng istana dibuka untuk umum. Rakyat dibolehkan tinggal di kawasan yang dahulunya khusus untuk para bangsawan Bani Fatimiyyah. Di Kairo, ia bukan hanya membangun masjid dan benteng, tapi juga sekolah, rumah-sakit dan bahkan gereja.

Shalahuddin juga dikenal sebagai orang yang saleh dan wara‘. Ia tidak pernah meninggalkan salat fardu dan gemar salat berjamaah. Bahkan ketika sakit keras pun ia tetap berpuasa, walaupun dokter menasihatinya supaya berbuka. “Aku tidak tahu bila ajal akan menemuiku,” katanya.

Shalahuddin amat dekat dan sangat dicintai oleh rakyatnya. Ia menetapkan hari Senin dan Selasa sebagai waktu tatap muka dan menerima siapa saja yang memerlukan bantuannya. Ia tidka nepotis atau pilih kasih. Pernah seorang lelaki mengadukan perihal keponakannya, Taqiyyuddin. Shalahuddin langsung memanggil anak saudaranya itu untuk dimintai keterangan.

Pernah juga suatu kali ada yang membuat tuduhan kepadanya. Walaupun tuduhan tersebut terbukti tidak berdasar sama sekali, Shalahuddin tidak marah. Ia bahkan menghadiahkan orang yang menuduhnya itu sehelai jubah dan beberapa pemberian lain. Ia memang gemar menyedekahkan apa saja yang dimilikinya dan memberikan hadiah kepada orang lain, khususnya tamu-tamunya.

Ia juga dikenal sangat lembut hati, bahkan kepada pelayannya sekalipun. Pernah ketika ia sangat kehausan dan minta dibawakan segelas air, pembantunya menyuguhkan air yang agak panas. Tanpa menunjukkan kemarahan ia terus meminumnya. Kezuhudan Shalahuddin tertuang dalam ucapannya yang selalu dikenang: “Ada orang yang baginya uang dan debu sama saja.”

PENTINGNYA MENUNTUT ILMU

Bismillahirohmanirohim.....

Allah ta’ala berfirman di dalam kitab-Nya yang mulia yang artinya, “Itulah janji Allah. Allah tidak akan menyelisihi janji-Nya. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Ruum (30): 6)
Ibnu Katsir menjelaskan di dalam tafsirnya,
“Sedangkan firman-Nya ta’ala,
‘Itulah janji Allah’. Allah tidak akan menyelisihi janji-Nya.’
Artinya: Inilah yang Kami beritakan kepadamu hai Muhammad, bahwasanya Kami benar-benar akan memenangkan Romawi dalam melawan Persia, itulah janji yang benar dari Allah, sebuah berita yang jujur dan tidak akan meleset. Hal itu pasti terjadi. Karena ketetapan Allah yang telah berlaku menuntut-Nya untuk memenangkan salah satu kelompok yang lebih dekat kepada kebenaran di antara dua kubu yang saling memerangi. Dan Allah pasti akan memberikan pertolongan kepada mereka.
‘Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui’,
Artinya: mereka tidak mengetahui hukum kauniyah Allah serta perbuatan-perbuatan-Nya yang sangat cermat dan selalu bergulir di atas prinsip keadilan.”
(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6/168)
Kemudian Allah ta’ala berfirman tentang mereka (yaitu kebanyakan manusia) yang artinya,
“Mereka mengetahui sisi lahiriyah kehidupan dunia, akan tetapi terhadap perkara akhirat mereka lalai.”
(QS. Ar Ruum (30): 7)
Ibnu Katsir kembali memaparkan,
“Artinya kebanyakan manusia tidak memiliki ilmu kecuali dalam urusan dunia, tata cara menggapainya, tetek bengeknya serta perkara apa saja yang ada di dalamnya. Mereka adalah orang-orang yang cerdas dan pandai tentang bagaimana cara meraup dunia serta celah-celah untuk bisa mendapatkannya. Namun mereka lalai terhadap hal-hal yang akan mendatangkan manfaat untuk mereka di negeri akhirat. Seolah-olah akal mereka lenyap. Seperti halnya orang yang tidak memiliki akal dan pikiran.”
(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6/168)
Ibnu Abbas menjelaskan tentang makna ayat yang mulia ini,
“Maksudnya adalah orang-orang kafir. Mereka itu mengetahui bagaimana cara untuk memakmurkan dunia akan tetapi dalam masalah-masalah agama mereka bodoh.”
(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6/168)
Sekelumit Tentang Keutamaan ‘Ilmu
Pertama: Meningkatkan Derajat
Allah ta’ala berfirman yang artinya,
“Allah akan mengangkat kedudukan orang-orang yang beriman dan diberikan ilmu di antara kalian beberapa derajat. Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.”
(QS. Al Mujadilah 58: 11).
Al Hafizh menjelaskan,
“Ada yang mengatakan tentang tafsirannya adalah: Allah akan mengangkat kedudukan orang beriman yang berilmu dibandingkan orang beriman yang tidak berilmu. Dan pengangkatan derajat ini menunjukkan adanya sebuah keutamaan…”
(Fathul Bari, 1/172).
Beliau juga meriwayatkan sebuah ucapan Zaid bin Aslam mengenai ayat yang artinya,
“Kami akan mengangkat derajat orang yang Kami kehendaki.”
(QS. Yusuf (12) : 76).
Zaid mengatakan,
“Yaitu dengan sebab ilmu.”
(Fathul Bari, 1/172)
Ibnu Katsir menyebutkan di dalam tafsirnya sebuah riwayat dari Abu Thufail Amir bin Watsilah yang menceritakan bahwa Nafi’ bin Abdul Harits pernah bertemu dengan Umar bin Khattab di ‘Isfan (nama sebuah tempat, pen). Ketika itu Umar mengangkatnya sebagai gubernur Mekah.
‘Umar pun berkata kepadanya,
“Siapakah orang yang kamu serahi urusan untuk memimpin penduduk lembah itu?”.
Dia mengatakan,
“Orang yang saya angkat sebagai pemimpin mereka adalah Ibnu Abza; salah seorang bekas budak kami.”
Maka Umar mengatakan,
“Apakah kamu mengangkat seorang bekas budak untuk memimpin mereka?”.
Dia pun menjawab,
“Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya dia adalah orang yang pandai memahami Kitabullah, mendalami ilmu waris, dan juga seorang hakim.”
‘Umar radhiyallahu’anhu menimpali ucapannya,
“Adapun Nabi kalian, sesungguhnya dia memang pernah bersabda,
‘Sesungguhnya Allah akan mengangkat kedudukan sekelompok orang dengan sebab Kitab ini, dan akan merendahkan sebagian lainnya karena kitab ini pula.’
(HR. Muslim).
Kedua: Nabi Diperintahkan Berdoa untuk Mendapatkan Tambahan Ilmu
Di dalam Kitabul Ilmi Bukhari membawakan sebuah ayat yang artinya,
“Wahai Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu.”
(QS. Thaha (20): 114).
Kemudian Al Hafizh menjelaskan,
“Firman-Nya ‘azza wa jalla,
‘Wahai Rabbku tambahkanlah kepadaku ilmu’.
Memiliki penunjukan yang sangat jelas terhadap keutamaan ilmu. Sebab Allah ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan untuk apapun kecuali tambahan ilmu.
Sedangkan yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu syar’i; yang dengan ilmu itu akan diketahui kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang mukallaf untuk menjalankan ajaran agamanya dalam hal ibadah ataupun muamalahnya, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifat-Nya, dan hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, menyucikan-Nya dari segenap sifat tercela dan kekurangan. Dan poros semua ilmu tersebut ada pada ilmu tafsir, hadits dan fiqih…”
(Fathul Bari, 1/172)
Ketiga: Perintah Bertanya Kepada Ahli Ilmu
Ibnul Qayyim mengatakan,
“Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci memerintahkan untuk bertanya kepada mereka (ahli ilmu) dan merujuk kepada pendapat-pendapat mereka. Allah juga menjadikannya sebagaimana layaknya persaksian dari mereka.
Allah berfirman yang artinya,
“Dan tidaklah Kami mengutus sebelummu kecuali para lelaki yang Kami wahyukan kepada mereka: bertanyalah kepada ahli dzikir apabila kalian tidak mempunyai ilmu.’
(QS. An Nahl (16): 43).
Sehingga makna ahli dzikir adalah ahli ilmu yang memahami wahyu yang diturunkan Allah kepada para nabi.”
(Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 24)
Keempat: Kebenaran Akan Tampak Bagi Ahli Ilmu
Ibnul Qayyim mengatakan,
“Allah Yang Maha Suci memberitakan mengenai keadaan orang-orang yang berilmu; bahwa merekalah orang-orang yang bisa memandang bahwa wahyu yang diturunkan kepada Nabi dari Rabbnya adalah sebuah kebenaran. Allah menjadikan hal ini sebagai pujian atas mereka dan permintaan persaksian untuk mereka.
Allah ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan orang-orang yang diberikan ilmu bisa melihat bahwa wahyu yang diturunkan dari Rabbmu itulah yang benar.” (QS. Saba’ (34): 6).”
(Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 24)
Kelima: Segala Sifat Terpuji Bersumber dari Ilmu
Ibnul Qayyim mengatakan,
“Sesungguhnya seluruh sifat yang menyebabkan hamba dipuji oleh Allah di dalam al-Qur’an maka itu semua merupakan buah dan hasil dari ilmu. Dan seluruh celaan yang disebutkan oleh-Nya maka itu semua bersumber dari kebodohan dan akibat darinya…”
(Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 128).
Beliau juga menegaskan,
“Dan tidaklah diragukan bahwasanya kebodohan adalah pokok seluruh kerusakan. Dan semua bahaya yang menimpa manusia di dunia dan di akhirat maka itu adalah akibat dari kebodohan…”
(Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 101)
Kebahagiaan Ilmu
Ibnul Qayyim mengatakan,
“Adapun kebahagiaan ilmu, maka hal itu tidak dapat kamu rasakan kecuali dengan cara mengerahkan segenap kemampuan, keseriusan dalam belajar, dan niat yang benar. Sungguh indah ucapan seorang penyair yang mengungkapkan hal itu,

Katakanlah kepada orang yang mendambakan
Perkara-perkara yang tinggi lagi mulia
Tanpa mengerahkan kesungguhan
Berarti kamu berharap sesuatu yang mustahil ada
Penyair yang lain mengatakan,

Kalau bukan karena faktor kesulitan
Tentunya semua orang bisa menjadi pimpinan
Sifat dermawan membawa risiko kemiskinan
Sebagaimana sifat berani membawa risiko kematian
(Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 111)
Beliau juga mengatakan,
“Berbagai kemuliaan berkaitan erat dengan hal-hal yang tidak disenangi (oleh hawa nafsu, pen). Sedangkan kebahagiaan tidak akan bisa dilalui kecuali dengan meniti jembatan kesulitan. Dan tidak akan terputus jauhnya jarak perjalanan kecuali dengan menaiki bahtera keseriusan dan kesungguh-sungguhan.
Muslim mengatakan di dalam Sahihnya, Yahya bin Abi Katsir berkata:
‘Ilmu tidak akan diraih dengan tubuh yang banyak bersantai-santai.’
Dahulu ada yang mengatakan,
‘Barangsiapa yang menginginkan hidup santai (di masa depan, pen) maka dia akan meninggalkan banyak bersantai-santai’.”
(Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 112)
Inilah sekelumit pelajaran dan motivasi bagi para penuntut ilmu. Semoga yang sedikit ini bisa menyalakan semangat mereka dalam berjuang membela agama-Nya dari serangan musuh-musuh-Nya. Sesungguhnya pada masa yang penuh dengan fitnah semacam ini kehadiran para penuntut ilmu yang sejati sangat dinanti-nanti. Para penuntut ilmu yang berhias diri dengan adab-adab islami, yang tidak tergoda oleh gemerlapnya dunia dengan segala kepalsuan dan kesenangannya yang fana.



Para penuntut ilmu yang bisa merasakan nikmatnya berinteraksi dengan al-Qur’an sebagaimana seorang yang lapar menyantap makanan. Para penuntut ilmu yang senantiasa berusaha meraih keutamaan di waktu-waktunya. Para penuntut ilmu yang bersegera dalam kebaikan dan mengiringi amalnya dengan rasa harap dan cemas. Para penuntut ilmu yang mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas kecintaannya kepada segala sesuatu.

Bergegaslah, sambut hari esokmu dengan ilmu! Janganlah kau larut dalam arus kebanyakan orang yang tidak berilmu.
Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi penulis dan pembacanya di hari yang tidak berguna lagi harta dan keturunan kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.

Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam walhamdulillahi Rabbil ‘alamin

Kamis, 09 Januari 2014

Jumat, 03 Januari 2014

DASAR HUKUM MEMAKAI CELAK BAGI PRIA



Hadits Tirmidzi 1679
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ هُوَ الطَّيَالِسِيُّ عَنْ عَبَّادِ بْنِ مَنْصُورٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اكْتَحِلُوا بِالْإِثْمِدِ فَإِنَّهُ يَجْلُو الْبَصَرَ وَيُنْبِتُ الشَّعْرَ وَزَعَمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَتْ لَهُ مُكْحُلَةٌ يَكْتَحِلُ بِهَا كُلَّ لَيْلَةٍ ثَلَاثَةً فِي هَذِهِ وَثَلَاثَةً فِي هَذِهِ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ جَابِرٍ وَابْنِ عُمَرَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ عَلَى هَذَا اللَّفْظِ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ عَبَّادِ بْنِ مَنْصُورٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى قَالَا حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ عَنْ عَبَّادِ بْنِ مَنْصُورٍ نَحْوَهُ وَقَدْ رُوِيَ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عَلَيْكُمْ بِالْإِثْمِدِ فَإِنَّهُ يَجْلُو الْبَصَرَ وَيُنْبِتُ الشَّعْرَ
Hendaklah kalian bercelak dgn Al Itsmid (jenis celak terbaik), sebab ia akan menguatkan pandangan & menumbuhkan bulu. Ibnu Abbas berkeyakinan bahwa Nabi mempunyai celak yg selalu beliau gunakan setiap malam (menjelang tidur); tiga kali di sebelah & tiga kali di sebelah lain. Perawi berkata, Dalam bab ini juga ada hadits dari Jabir & Ibnu Umar. Abu Isa berkata, Hadits Ibnu Abbas ini derajatnya hasan gharib, kami tak mengenalnya dgn lafadz seperti ini kecuali dari hadits Abbad bin Manshur. Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr & Muhammad bin Yahya keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun dari Abbad bin Manshur seperti hadits tersebut. Diriwayatkan pula dgn jalur lain, dari Nabi , beliau bersabda:
Hendaklah kalian menggunakan Al Itsmid, sebab ia membuat pandangan kuat & menumbuhkan bulu.