Senin, 03 Maret 2014

Pertemanan Kiayi Ahmad Dahlan & Kiayi Hasyim Asy'ari

Bissmillahirohmanirohim.....
Tulisan ini sengaja kami muat agar konflik masalah furu'iyah di sudahi dan mereka yang mangaku ormas Muhammadiyah agar mengetahui tulisan ini. Ini sebagai respon terhadap wahabi extrem dalam hal membid'ahkan masalah furu'iyah.

Oleh: Direktur Madrasatul Qur’an Tebuireng KH. Musta’in Syafi’i, M .Ag.

Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy’ari itu sekawan, sama-sama menunut ilmu agama di Arab Saudi. Sama-sama ahli Hadis dan sama-sama ahli fikih. Saat hendak pulang ke tanah air, keduanya membuat kesepakatan menyebarkan islam menurut skil dan lingkungan masing-masing.

Kiai Ahmad bergerak di bidang dakwah dan pendidikan perkotaan, karena berasal dari kuto Ngayogyokarto. Sementara kiai Hasyim memilih pendidikan pesantren karena wong ndeso, Jombang. Keduanya adalah orang hebat, ikhlas dan mulia. Allahumm ighfir lahum.

Keduanya memperjuangkan kemerdekaan negeri ini dengan cara melandasi anak bangsa dengan pendidikan dan agama. Kiai Ahmad mendirikan organisasi Muhammadiyah dan kiai Hasyim mendirikan Nahdlatul Ulama (NU).

Saat beliau berdua masih hidup, tata ibadah yang diamalkan di masyarakat umumnya sama meski ada perbedaan yang sama sekali tidak mengganggu.

Contoh kesamaan praktek ibadah kala itu antara lain :

Pertama, shalat tarawih, sama-sama dua puluh rakaat. Kiai Ahmad Dahlan sendiri disebut-sebut sebagai imam shalat tarawih dua puluh rakaat di masjid Syuhada Yogya .

Kedua, talqin mayit di kuburan, bahkan ziarah kubur dan kirim doa dalam Yasinan dan tahlilan.

Ketiga, baca doa qunut Shubuh.

Keempat, sama-sama gemar membaca shalawat (diba ’an).

Kelima, dua kali khutbah dalam shalat Id, Idul Ftri dan Idul Adha.

Keenam, tiga kali takbir, “Allah Akbar”, dalam takbiran.

Ketujuh, kalimat Iqamah (Qad qamat al-shalat) diulang dua kali, dan yang paling monumental adalah itsbat hilal, sama-sama pakai rukyah.

Yang terakhir inilah yang menarik direnungkan, bukan dihakimi mana yang benar dan mana yang salah.

Semua amaliah tersebut di atas berjalan puluhan tahun dengan damai dan nikmat. Semuanya tertulis dalam kitaf Fikih Muhammadiayah yang terdiri dari tiga jilid, yang diterbitkan oleh: Muhammadiyah Bagian Taman Pustaka Jogjakarta, tahun 1343 an H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar